Transfer
Embrio (TE) adalah merupakan bioteknologi reproduksi kedua setelah Insseminasi
Buatan (IB). kegiatan TE dimulai dari produksi, distribusi/penyebaran, dan
transfer embrio. Embrio sebagai hasil pembuahan sel telur yang unggul dan
dibuahi dengan sperma dari pejantan yang juga memiliki mutu genetic unggul
(Nurwidayati, 2011).
Menurut
beberapa ahli, yang dimaksudkan dengan transfer embrio adalah suatu metode
buatan dalam perkawinan dengan cara membentuk embrio dari seekor betina induk
unggul, yang disebut donor, kemudian dipindahkan dan dicangkokkan kedalam
saluran reproduksi induk betina lainnya dalam spesies yang sama, yang disebut
resipien (Bedirian et al. 1977)
Melalui
teknologi TE bukan hanya potensi pejantan saja yang dioptimalkan, melaikan
potesi dari betina berkualitas unggul juga dapat dimanfaatkan secara optimal
(Cunningham, 1989). Hasil dari betina unggul ini ternyata secara alamiah hanya
menghasilkan satu atau dua bibit unggul dalam jangka waktu sembilan bulan
kelahitan. Tetapi dengan teknik TE bisa menghasilkan lebih dari dua embrio yang
di panen. Melalui teknik TE, betina unggul tidak perlu bunting tetapi hayan
menghasilkan embrio – embrio yang selanjutnya untuk dititpkan pada resipien
yang tidak harus genetic unggul tetapi mempunyai alat reproduksi yang normal
hingga dapat memelihara anak sampai tahap patus ( Mc Guirk, 1989)
Untuk
melakukan transfer embrio (TE) diperlukan hewan betina donor yang relatis
unggul. Penentuan donor dengan
menyeleksi hewan betina yang memiliki genetic unggul, sehat berumur empat
sampai delapan tahun serta memperatikan siklus estrus yang normal (Pineda dan
Bowen, 1980; Elsden et. al, 1987;
Hahn et. al, 1980, Jillella, 1982)
Keberhasilan
dari teknik tansfer embrio sendiri sangat bergantung pada (Siti, 2011) :
a.
Donor, sebagai produksi embrio transferable
b.
Resipien, dengan laju kebuntingan tinggi
dan konsisten
c.
Prosedur, jadwal, teknik dan peralatan
d.
Sumber daya manusia, harus terampil
Dalam
pelaksanaan teknik ransfer embrio pada ternak terdapat beberapa masaah dan
kendala yang harus di perhatikan diantaranya adalah (Siti, 2011) :
a. Menentukan
ternak donor yang mempunyai kualifikasi yang sangat bagus,
b. Metode
superovulasi serta koleksi embrio yang mudah dan ekonomis,
c. Evaluasi,
seleksi, dan penyimpanan embrio.
d. Penyediaan
resipien, serta
e. Proses
transfer embrio. Kesiapan ternak resipien sangat berpengaruh pada keberhasilan
teknologi
Keuntungan
yang di dapatkan dari metode TE adaah memperbaiki kemampuan reproduksi hewan
betina donor ataupun resipien. Elsden dan saidel (1982) mengemukakan bahwa
beberapa keuntungan ai metode TE adalah sebagai berikut :
a. Memperbaiki
interval generasi antara tingkat seleksi dan progeny donor muda.
b. Mempertinggi
kapasitas reproduksi sapi betina induk atau dara.
c. Memungkinkan
memperoleh anak dari hewa betina yang infertile karena penyakit, luka atau oleh
sebab lainnya.
d. Memungkinkan
pengembangan anak – anak yang dihasilkan mnjadi donor selanjutnya.
Keuntungan
lainya yang di peroleh dari teknologi TE adalah (Anonymous, 1982) :
a. Dapat
diperoleh embrio setiap saat dan tidak terbatas oleh waktu, jarak dan tempat
karena embrio dapat disimpan dalam keadaan beku untuk waktu yang lama.
b. Dapat
meningatkan populasi trnak ecara cepat, seragam, dan lebih unggul.
c. Memperbaiki
genetik dengan seleksi akan lebih efektif dan lebih cepat dilakukan.
d. Penggunaan
gena baru dapat cepat dilakukan terutama yang menyangkut resentensi terhadap
penyakit.
Keuntungan
lain dari TE adalah untuk tujuan komersial dengan didapatkanya bangsa – bangasa
sapi ekotik dan progeny yang berasal dari sapi yang genetic superior. TE
memungkinkan produksi anak – anak sapi yang berasal dari betina infertile dan
dara pra pubertas, mengembangkan mekanisme uji progeny pada betina, membangun
peternakan superior mengembangkan embrio secara komersial dan memungkinkan
kelahiran kembar dan embrio dapat dibawa ke tembpat jauh (Elsden, 1977) dan
Jillella (1982) juga menyatakan menyatakan hal yang sama bahwa tehnik TE dapat memungkinkan terjadinya
kebuntingan kebar.
Teknik transfer embrio (TE) pada Sapi dan
Kerbau awalnya melalui proses laparotomy atau metode surgery (dengan
pembedahan) dengan anesthesia umum atau local. Tetapi sejak tahun 1978,
dilakukan metode tanpa pembedahan yakni transfer embrio melalui transcervical.
(Siti, 2011)
Pengaplikasian Transfer embrio berdasarkan
letak CL pada sapi resipien memiliki dua metode yaitu :
1. Ipsi
lateral
Metode ini kebanyakan di
gunakan pada TE tunggal atau TE single. Metode ipsilateral dilakukan dengan
searah adanya CL di ovarium. Apa bila CL terdapat di sebelah kiri maka embrio
di letakkan pada kornua sebelah kiri.
2. Contra
lateral
Metode ini sering di lakukan untuk
progeam twins atau kelahiran ganda dengan metode IB – TE. Dimana metode TE
contra lateral dilakukan berlawanan dengan adanya CL. Apabila CL di sebelah
kiri maka embrio di letakkan pada kornua sebelah kanan. Hal ini dikarenakan di
asumsikan bahwa embrio yang dihasilkan pada saat IB terdapat pada ovarium yang
memiliki CL. Oleh sebab itu agar tidak mengganggu perkembanggan embrio hasil IB
maka embrio dari pelaksanaan TE diletakkan berlawanan.
Berdasarkan embrio yang digunakan Transfer
Embrio memiliki tiga metode yaitu :
1. Transfer
embrio segar
Metode ini
mengguanak embrio yang berasal dari sapi
donor yang di flusing dan dilakukan seleksi terhadap embrio dan langsung di
aplikasikan atau di transfer ke sapi resipien.
2. Transfer
embrio dairec
Metode ini menggunakan
embrio yang mengalami frizzing atu pembekuan agar embrio dapat disimpan lebih
lama. Embrio yang telah di frizzing harus di simpan pada suhu ± 195 oC.
penggunaembrio ini memerlukan dua proses towing yaitu towing udara selama ± 10
detik dan towing menggunakan air hangat dengan suhu bersuhu 38,5 oC sampai embrio
mencair atau selama ± 10 – 15 detik.
3. Transfer
embrio step wise
Metode step wise sering digunakan pada embrio beku yang sudah lama disimpan dan digunakan untuk mengevaluasi daya hidup embrio yang akan digunakan. Embrio beku yang akan dievaluasi di towing terlebih dahulu kemudian diamati mengguanakn mikroskop, bila daya hidup embrio tersebut 50 % maka embrio tersebut dapat di transfer. Setelah dilakukan evaluasi selanjutnya dilakukan kultur selama 5 – 48 jam. Kemudian embrio siap di transfer ke sapi resipien.
Tahap Pelaksanaan Transfer Embrio
Sebelum leakukan Transfer Embrio harus
mempersiapkan alat dan bahan untuk melaksanakan Tansfer Embrio, alat dan bahan
yang digunakan adalah :
a. Alat
Peralatan yang perlu
dipersiapkan adalah : Gun TE, spuit 5ml, jarum suntik 18G, sheat TE dan outer sheat, sarung tangan plastik, gunting straw, pinset, termometer, form
seleksi resipien, form aplikasi transfer embrio.
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
embrio, resipien, preparat anastesi (lidocain 2%), kapas alkohol, tissue.
Dalam pengaplikasian Transfer embrio
memiliki tahapan – tahapan yang harus di lakukan, tahapan – tahapan tersebut
adalah :
a. Seleksi
sapi resipien
Sapi yang akan dijadikan
resipien haruslah memenuhi syarat – syarat yang telahdi tentukan sesuai yang
telah di bahas di atas. Sapi resipien yang dapat menerima embrio dari sapi donor
atau dapat dilakukannya Transfer Emrio, adalah sapi yang telah dilakukan palasi
oleh petugas untuk mengetahui ada atau tidak nya CL sebelum di lakukan nya
Trasnfer Embrio, ketika CL terdapat pada sapi tersebut baru sapi tersebut dapat
di TE.
b. Anastesi
epidural
Anastesi epidural
bertujuan untuk pembiusan lokal terutama bada bagian organ reproduksi sapi
resipien. Anastesi ini dilakukan dengan mengyuntikkan lidocain 2%, dengan
dosisi 2 – 4 ml pada bagian ruas pertama atau ke dua tulang ekor. Indicator
bawa anastesi telah berhasil adalah ekor dari sapi yang di anastesi melemas.
c. Melakukan
thawing
Melakukan thawing embrio dengan cara straw
diambil dari kontainer, diamkan di udara/suhu ruang selama 10 detik, kemudian
dimasukkan ke dalam air bersuhu 38,5 oC sampai media terlihat mencair (± 10-15
detik).
d. Pencatatan
label embrio
Pencatan label embrio
pada formulir aplikasi TE bertujuan untuk memudahkan dalam pendataan dan
mengetahui embrio yang di transfer pada sapi resipien.
e. Persiapan
straw embrio
Straw dikeringkan dengan
tissue, potong ujung straw pada bagian sumbat laboratorium kemudian dimasukkan
ke dalam gun TE dan tutup dengan sheat TE steril yang dibungkus outer sheat, kemudian dilakukan
aplikasi TE ke resipien.
f.
Aplikasi TE
Aplikasi TE dilakukan dengan cara
mendeposisikan embrio pada sepertiga depan apex kornua yang terdapat CL
(ipsilateral). Menurut Siti (2011)
tahapan transfer embrio, mula-mula akan dilakukan palpasi rectal pada resipien
untuk mengetahui apakah pada ovarium terdapat Korpus luteum. Selanjutnya
dilakukan anesthesia epidural untuk induced to prevent straining selama
proses transfer berlangsung. Embrio yang telah disimpan dalam straw (0,25 ml
Straw) dalam keadaan steril dimasukkan kedalam Transfer Gun (Cassou)
dan dilindungi dengan plastik penutup yang steril. Langkah selanjutnya Transfer
Gun masuk ke dalam vagina dan melalui cervix dengan bantuan tangan operator
melalui palpasi rektal akan menuntun Transfer Gun memasuki tanduk uterus
bagian ipsilateral.
Daftar Pustaka
Balai
Embrio Ternak. 2016. SOP Seleksi Produksi dan Aplikasi. BET. Bogor
Beateridge.
K. J. and N. W. Hoore. 1977. Superovulation.
In : K. J. Beateridge, ad. Embrio Transfer in Farm Animals. Agriculture Canada,
pp : 37 – 38
Darodjah
Siti Rasad. 2011. Teknologi Reproduksi
Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung. Bandung
Fajrin. 2012. Transfer Embryo. http://fajrin010.blogspot.com/2012/10/makalah-transfer-embrio.html.
Diakses pada 23 June 2016
Nurwidayati.
2011. Transfer Embrio Menuju Kemandirian
Penyediaan Bibit Ternak. Balai Embrio Transfer Cipelang : Bulletin Voleme I
No. 1 Tahun 2011
Pariwara
IPB. 2015. Orasi Ilmiah Guru Besar. Pariwara
IPB/Desember 2015/ Volume 291
Sudarto.
1985. Manfaat dan Prospek Masa Depan dari Transfer Embrio. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor,
Bogor. 93 hal.
Comments
Post a Comment